Translate

Sabtu, 15 Februari 2014

"Johny Setiawan", Astronom Indonesia Penemu 8 Planet Baru




Johny Setiawan, astronom asal Indonesia yang bekerja di Max Planck Institute for Astronomy Jerman,  menemukan delapan planet di tata surya. Tiga di antaranya adalah planet yang dinamai HD 47536c, HD 110014b, dan HD 110014c, akan dipublikasikan tahun depan dalam jurnal astronomi. Lima lainnya telah teridentifikasi, tapi makalahnya masih dalam penyusunan.
“Sebenarnya planet ini sudah terdeteksi tahun 2006, tapi baru berani dipastikan bulan Mei 2008. Ini karena sinyal planet yang sulit terdeteksi, lalu waktu edar lebih lama sekitar 1600 hari,” kata Johny Setiawan. Hal ini diungkapkan Johny di sela acara 2008 Asian Science Camp di Sanur, Bali 6 Agustus 2008.
Pertemuan ini dihadiri para siswa peraih medali olimpiade fisika dan kimia internasional dari Indonesia dan negara Asia lainnya. Mereka berkesempatan mendengarkan presentasi dan berdialog dengan lima peraih Nobel dan ilmuwan dunia, yaitu Yuan Tseh Lee (Nobel Kimia, 1986), Richard Robert Ernst (Nobel Kimia, 1991), Douglas Osheroff (Nobel Fisika, 1996), Masatoshi Koshiba (Nobel Fisika, 2002), dan David Gross (Nobel Fisika, 2004).
Johny mempresentasikan makalah berjudul Astronomy: A Culture, Science, and Philosophy for the Humanity dan Search for Life in Other Solar Systems. Sebagai ilmuwan postdoctoral di Departemen Planet dan Formasi Bintang Max Planck Institute for Astronomy (MPIA) sejak tahun 2003, Johny meneliti planet extrasolar (di luar sistem matahari) yang mengelilingi bintang muda dan evolusi bintang serta stelar atmosfer atau pulsasi dan aktivitas khromosferik.
Menurut Johny, satu-satunya ilmuwan non-Jerman di antara tiga peneliti planet lainnya di MPIA, sekarang ini dengan adanya teleskop modern bukan hal sulit untuk menemukan bintang-bintang yang bertebaran di jagat raya ini.
Dengan teropong optik yang dipadukan sistem komputer, benda langit yang memancarkan cahaya itu dapat teridentifikasi. Yang sulit adalah melihat adanya planet-planet yang mengitari bintang-bintang yang jaraknya dari bumi ribuan tahun cahaya.
“Pertama kali saya seperti mengejar planet-planet baru untuk ditemukan, kini saya merasa di kejar-kejar planet,” katanya.
Johny yang menamatkan S-1 dan S-3-nya di Freiburg, Jerman, melaksanakan penelitian itu dalam proyek Seram (Search for Exoplanet with Radial-velocity at MPIA) menggunakan teleskop berdiameter 2,2 meter. Ia juga melaksanakan proyek penelitian Exoplanet Search with PRIMA (Phase-Referenced Imaging and Micro-arcsecond Astrometry).
Publikasi Temuan
Planet HD 47536c dipastikan keberadaannya pada Mei 2008 dan akan mulai dipublikasikan dalam jurnal Astronomy and Astrophysic. Planet ini berada dalam satu tata surya dengan planet yang ditemukan 9 tahun lalu, yaitu HD 47536b (Henry dan Draper, nama astronom AS yang menyusun katalog perbintangan). Angka-angka itu menunjukkan satu posisi tertentu di jagat raya, sedangkan huruf kecil b dan c artinya planet pertama dan kedua. Bintang induk sendiri diberi tanda huruf besar A.
Pada penelitian sebelumnya keberadaan planet kedua itu, kata Johny yang biasa bekerja mulai pukul 18.00 hingga 07.00, tak terdeteksi karena masa edarnya 1.600 hari. Sedangkan planet pertama 400 hari. Menurut dia, tidak tertutup kemungkinan dalam tata surya itu ditemukan planet lain.
Sejak bergabung di MPIA tahun 2003, Johny yang akan berusia 34 tahun pada 16 Agustus nanti juga telah menemukan Planet HD 11977b (2005) dengan masa edar 700 hari, HD 70573b (2007) dengan masa edar 900 hari, dan TW HYDRAEb (2008) beredar 3,5 hari. Dua planet yang akan dipublikasikan tahun depan adalah HD 110014b & c yang masing-masing bermasa edar 135 hari dan 850 hari.
Sebagai seorang astronom, ia seringkali berpindah tugas ke Chili, negara tempat observatorium “Max-Planck-Institute for Astronomy”. “Jadi apabila ditanya tanah air saya, saya akan menjawab, Tanah saya di Jerman, Langit saya di Chili dan Air saya di Indonesia,” kata Johny.
Menurut Johny Setiawan, tidak tertutup kemungkinan apabila Indonesia ingin membangun observatorium untuk mengamati planet dan bintang. Menurutnya daerah yang cocok adalah daerah di Nusa Tenggara dan selat antara Pulau Sumatera dan Kalimantan.
“Apabila pemerintah Indonesia bersedia memberikan kesempatan, fasilitas dan infrastruktur untuk ilmu pengetahuan, pasti banyak peneliti dan pusat penelitian yang tertarik untuk membangun observatorium di Indonesia,” kata Johny.
Keingintahuan Johny dalam menjawab pertanyaan apalah kita manusia sendiri di alam ini menginspirasinya untuk terus mencari planet-planet baru di luar galaksi bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar